RSS Feed

Cerita Malam Natal

Posted by datu

Tanggal 24  Desember malam bukan hari yang selalu spesial, bukan hari yang berbeda dengan yang lain, bukan pula hari yang terlalu biasa untuk dilupakan. Dahulu saya memahami hari ini sebagai sebuah tradisi yang selalu saya ikuti setiap tahun, tradisi natal (saya menyebut perayaan natal sebagai tradisi karena suatu hal) yang selalu membuat keluarga besar saya kerepotan, pulsa habis untuk mengirim sms selamat natal, dan berbagai macam hal lain yang mungkin akan jarang saya alami di hari lain. 

Tahun ini saya kembali merayakan tradisi ini di tanah kelahiran saya - tempat saya menghabiskan natal selama 19 tahun terakhir. Berbeda dengan beberapa tahun belakangan, kali ini saya memperhatikan sesuatu yang cukup menggelitik hati berkenaan dengan perayaan natal tahun ini. Sesuatu tentang tradisi perayaan natal di gereja kami.

Layaknya sebuah hajatan besar, gereja kami selalu ramai setiap hari raya (tidak hanya Natal melainkan juga Paskah). Sekitar 3500 an orang hadir di satu waktu yang bersamaan di gereja kami untuk merayakan Misa Malam Natal tahun ini. Hal yang saya sadari adalah betapa majemuknya jemaat di gereja kami. Hal tersebut bisa saya lihat dengan jelas dari gaya berpakaian (yeah, fashion define yourself) yang sangat beragam, ada yang elegan, modis, kaku, norak, sangat dipaksakan, dan berbagai macam gaya lain yang sangat ajaib. Semua orang dengan berbagai macam agama fashionnya membaur satu sama lain di gereja kami, suatu hal yang mungkin akan sangat jarang ditemui di tempat ataupun kesempatan lain.

Pastor yang memimpin misa menanggapi kemajemukan jemaatnya denga cukup bijaksana, dia berkotbah dengan bahasa yang sangat sederhana (lugas) dan cenderung satu arah ( berbeda dengan pastor di tempat saya biasa misa di Bandung, yang sangat abstrak dan figuratif - tetapi menarik sih); sehingga semua orang menangkap poin-poin yang dia sampaikan dengan sangat mudah. 

Kesederhanaan inilah yang menyentuh, sungguh kontras dengan berbagai macam cerita natal dari berbagai kawan yang sering saya dengar. Saya hidup 19 tahun dengan semangat kesederhanaan seperti itu tetapi baru kali ini hal tersebut benar-benar saya sadari.

Jika boleh beranalogi seseorang yang hidup sekitar 2000 tahun yang lalu pun demikian, lahir dengan segala kesederhanaannya, hidup dengan sangat sederhana, dan hal-hal lain yang sama sekali tidak menggambarkan kemewahan dan kompleksitas yang tidak perlu.

Kadang saya berpikir dengan cukup nekat, bahwasanya telah terjadi pergeseran yang sangat jauh dari nilai-nilai pakem natal yang sebenarnya, hmm tapi siapalah awak ini yang boleh menilai tentang arti natal. Semua itu kembali ke otak dan hati masing-masing orang yang katanya merayakannya.


cukup abstrak dan dangkal, tetapi inilah usaha saya yang cukup besar untuk meluangkan waktu di depan laptop di malam natal yang superb, di tahun ini.




Selamat Natal

Komitmen

Posted by datu Label: ,

Sebagian manusia cenderung untuk mengikuti hukum termodinamika (ga tahu yang keberapa), yaitu hidup bebas. Kebebasan yang memiliki makna sangat absurd membuat definisi dari kata ini sangat kabur. Menurut saya kita belum bisa mendefinisikan kebebasan, sebagian hanya bisa membatasi maknanya saja tetapi yang lain hanya mampu menerimanya.
...

Pagi ini saya terbangun dengan semangat yang tidak terlalu ok. Mencoba menata ulang berbagai hal yang ada di kepala (euforia mempelajari sequence stratigraphy, himpitan tugas yang telah ditunda untuk beberapa minggu, UAS yang mau datang menjelang, dan beberapa perasaan yang susah didefinisikan) ,membuat laptop dan dunia maya menjadi pengalih perhatian yang sempurna, browsing film-film yang belum sempat ditonton, skiming facebok page, memasang jadwal UAS sebagai background, dan membuat tulisan di blog.

Sempat saya sadari juga ternyata pagi hari yang seperti itu adalah pagi yang tidak produktif, dalam waktu 3 jam tidak ada yang bisa saya hasilkan - mungkin hanya beberapa film bagus yang layak untuk ditonton yang berhasil saya download, tetapi selebihnya adalah pure wasting time. 

Ketidakproduktifan ini setelah saya liaat lebih jauh meungkin adalah bagian dari efek kebebasan yang mengganggu otak saya. Ketidakproduktifan akibat terbelenggu oleh kebebasan, mungkin lebih bisa menggambarkan.

Hufff, manusia memang super aneh, (saya juga bagian dari 4 milyar barisan freak squad ini). Kebebasan yang diharapkan sebagai sebuah kondisi 'stable' menjadi sebuah belenggu untuk produktifitas bagi sebagian orang seperti saya.

Mungkin sudah selayakanya saya mendeklarasikan Commitment is the new Freedom, kadang sebuah ikatan yang 'pas' adalah sebuah kebebasan yang lebih tepat daripada sebuah kebebebasan yang saat ini ada dalam bayangan saya.
...

agak sedikit tidak jelas dan absurd kemana arahnya, ya tetapi itulah saya hitam, gempal, absurd, tetapi baik hati. :p

Selamat Menikmati Bulan Desember

berdiam dalam dilema

Posted by datu Label: , ,

tempo melaju tak terbendung
mengiringi langkah sepi mangalun
terpekur raga menatap dilema
memandang visi yang tampak selalu sama

rasa di jiwa telah tersaturasi
cipta dan karsa pun tak nampak berbeda

tertegun raga dalam tanya
akan jiwa yang terus berdiam dalam dilema

api yang mengurai jawabnya
akan jiwa yang terus berdiam dalam dilema

hangat terbakar dalam diam
menuai senyum-senyum kehampaan
mengisi cercah-cercah cahaya dalam gulita

dalam kehangatan dan cercah cahaya semu
jiwa pun hanya termanggu
tak mampu beranjak melepas dilema

jiwa yang terdiam dalam dilema
jiwa yang terjerat api dunia

Pertama#1

Posted by datu Label: , , ,

Pengalaman pertama pasti akan selalu meninggalkan kesan yang tak terlupakan. Malam pertama, ciuman pertama, dan banyak hal lain. Tak heran di tahun 90-an banyak musisi kita membuat lagu yang banyak berkisah tentang pengalaman pertama mereka. Kali ini aku akan menceritakan pada kalian pengalaman pertama ku, perkenalan pertama ku dengan blog. Sesuatu yang sempat menyita pikiranku 5 tahun yang lalu, sempat hilang, 2 tahun yang lalu muncul lagi, hilang, dan akhirnya beberapa bulan yang lalu kambali menyita pikiranku.

SMP adalah saat yang cukup spesial dalam kehidupanku, saat itulah aku berkenalan dengan teknologi yang saat ini menjadi penopang utama perputaran informasi di dunia, ya aku berbicara tentang internet dan khususnya web (God bless Tim Berners Lee). Game online merupakan katalis perkenalan kami, saat itu Ragnarok merupakan fenomena tersendiri di kalangan kawan-kawan ku, (populer di kalangan geek mungkin lebih tepat). Fenomena tersebut mendorongku untuk ikut mencobanya, merasakan sentuhan langsung dari game yang sangat adiktif kala itu. Seorang kawan menawarkan diri untuk menjadi perantara dalam perkenalan kami. Long story short aku mulai terjerumus dalam dunia maya .

Perkenalan awal tersebut membawaku berkenalan dengan berbagai teknologi lain seperti mesin pencari, dan tentu saja blog.

......bersambung


notes:
tulisan seperti ini cukup jarang tampil dalam blog-blog saya terdahulu, dan mungkin kawan-kawan menyadari sedikit perubahan gaya bahasa yang digunakan dalam blog ini. Satu alasan yang cukup tepat adalah...... eksperimen!


enjoy :)

Cerita Secangkir Kopi

Posted by datu Label: , , , ,

"On the eighth day God created coffee"

Kopi memiliki cerita tersendiri dalam hidup setiap orang, aku pun demikian memiliki cerita tersendiri tentang secangkir minuman yang sering menemani ku menghabiskan malam pertempuran dengan tugas-tugas kuliahku. Sebagai seorang penikmat kopi, aku belum memiliki jam terbang yang cukup tinggi layaknya kawan-kawan kos ku.

Di antara semua jenis kopi, kopi luwak merupakan legenda tersendiri dalam dunia perkopian. Mengalami proses fermentasi dalam tubuh luwak, membuat kopi ini memiliki rasa yang khas dan berbeda. Namanya yang sudah melegenda di dunia perkopian membuat semua penikmat kopi menganggap kopi luwak ini adalah tahap paling paripurna dalam menikmati kopi. 


Aku pun demikian, tak sabar rasanya ketika tahu bahwa tahap paripurnaku akan segera tiba. Suatu hari seorang kawan menawariku secangkir kopi luwak buatannya. Aroma kopi yang menusuk hidung membuat pikiranku sejenak melayang membayangkan cita rasa yang nanti akan ku kecap, 'amboi nian' pikirku.


Seteguk demi seteguk kopi legendaris itu melwati kerongkonganku, ku kecap dengan rasa penasaran dan penuh harap, tetapi entah kenapa sedikit rasa kecewa merasuki pikiranku. "Tak senikmat cerita orang-orang," otakku berteriak dalam diam. Aku terus mencecap sambil berusaha menceran semua rasa yang hinggap di lidahku.


Kawan-kawanku mulai melihat ekspresi kecewaku, "Gimana rasanya, dat?" mereka bertanya. Sambil nyengir dan sedikit tertawa aku menjawab, "ga tau nih mas, lidahku belum layak merasakan cita rasa semahal ini nampaknya, kok gak kerasa ya bedanya?"
Gelak tawa membahana di ruang communal kos ku. "Wah amatir lo dat, barang sebagus ini kok ga kerasa nikmatnya" celoteh kawanku. "Yah tak apalah" otakku berkilah, mungkin masih terlalu cepat 10 tahun perjalanan per-kopi-an ku untuk mencapai paripurna.

salam, :)

Keranjang Rotan

Posted by datu

Sebuah fiksi yang benar-benar memukau cipta, rasa, dan karsa saya beberapa tahun yang lalu. Sebuah tulisan yang mengawali kembalinya gairah menulis saya.

Di sebuah perkampungan di daerah terpencil di kawasan kaki gunung meratus, hidup seorang nenek yang sangat tua bernama mbah Wiryo. Usianya kurang lebih 75 tahun, ya maklumlah bila dilihat dari banyaknya keriput di wajahnya.
Di perkampungan itu dia tinggal hanya berdua, dengan seorang cucunya yang bernama Kartijo. Mereka berdua tinggal di sebuah gubug tua dan reyot tak jauh dari sebuah sungai kecil yang melintas di pinggiran perkampungan mereka.
Di usianya yang sudah senja mbah wir, begitu dia biasa disapa, masih rajin ke gereja. Dia adalah seorang katolik yang taat, yah mungkin orang yang akan cukup jarang kita temui di masa-masa mendatang.
Tetapi meskipun begitu, yah meskipun ini sangat manusiawi untuk orang sesusianya, dia adalah orang yang sering lupa, lupa akan banyak hal. Bahkan termasuk homili pastur yang dia dengar di gereja pun dia lupa. Jika pulang dari gereja, dan anda menanyainya "Mbah tadi homilinya tentang apa?" ato sekedar "Tadi yang memimpin misa pastur siapa?" dia pasti sudah lupa, meskipun baru beberapa menit yang lalu misa baru usai.
Yah keadaan seperti ini akhirnya membuat cucunya kesal, ya karena Kartijo inilah yang selalu mengantar mbah wir ke gereja, dia berpikir sia-sia mengantar neneknya sendiri ke gereja jika kotbah pastur yang dia dengar saja langsung lupa, jadi apa gunanya dia mengantar neneknya itu.
Suatu hari minggu sepulang dari gereja Kartijo menanyai neneknya

"Mbah tadi homilinya tentang apa?"

"Wah, apa ya le, lupae simbah."

dengan agak gusar kartijo menambahi

"Hla kalo lupa kaya gini, apa gunanya simbah ke gereja, sudah besok2 simbah g usah ke gereja, minta dikirim komuni ke rumah aja."

terdiam sebentar mbah wiryo lalu mengambil sebuah keranjang rotan lusuh di dapur, dia berkata kepada Kartijo

"Le, ini tolong disi air dari sungai seberang itu"

"Buat apa mbah?"

"Yah pokonya kamu ambil saja, nanti simbah kasih tau"

dengan berat hati kartijo mengambil keranjang dari tangan mbah wir lalu berangkat ke sungai. Di sungai dia berusaha terus-tersusan untuk mengambil air, tapi ya namanya juga keranjang, gak akan bisa buat ambil air.

Kartijo akhirnya menyerah dan pulang

"mbah yang namanya keranjang kaya gini gak bakal bisa buat ambil air."

sambil tersenyum dan mengambil keranjang dari tangan cucunya itu dan berkata

"yah paling tidak sekarang keranjangnya jadi bersih."

Kartijo terdiam lalu dia mengetahui maksud neneknya itu, yah mulai saat itu dia tidak pernah mengeluh mengantarkan neneknya ke gereja.